PERALATAN TIK PADA ZAMAN DAHULU ( KUNO)
M
|
EDIA KOMUNIKASI MASA LALU
(KUNO)
Semenjak ditemukannya alat komunikasi untuk pertama
kalinya, alat komunikasi ini terus mengalami perkembangan. Berdasarkan rentang
waktunya, peralatan komunikasi dibedakan menjadi alat komunikasi masa lalu
(kuno) dan alat komunikasi modern. Alat komunikasi masa lalu masih sangat
sederhana jika dibandingkan dengan alat komunikasi yang ada sekarang ini.
Peralatannya pun masih menggunakan bahan-bahan yang ada di alam, seperti
kentongan, asap, dan daun lontar. Berikut akan dibahas beberapa media
komunikasi yang digunakan pada masa lalu.
A. Kentongan (Kentungan)
Pada masa kerajaan, kentongan juga digunakan pamong kerajaan bila hendak menyampaikan pesan dan perintah sang raja atau prabu kepada rakyatnya. Pamong kerajaan tinggal memukul kentongan sehingga rakyat dengan bergegas datang berkumpul di tempat yang sudah lazim mereka gunakan.
Walaupun terjadi perkembangan teknologi yang cukup pesat, namun kentongan merupakan sarana komunikasi tradisional yang masih dapat bertahan sampai saat ini, khususnya di daerah pedesaan. Kentongan masih digunakan, misalnya di bidang keamanan dipakai sebagai sarana ronda malam. Kentongan juga dipakai sebagai petunjuk waktu. Kentungan besar (bedug) digunakan sebagai tanda bahwa waktu salat telah tiba.
B, Asap
Orang-orang zaman dahulu juga memanfaatkan asap
sebagai media komunikasi. Asap dikenal sangat populer digunakan sebagai media
komunikasi suku bangsa Indian di Amerika. Alat komunikasi ini biasa digunakan
untuk mengirimkan suatu pesan rahasia pada teman ataupun lawan.Seperti halnya
kentungan, berkomunikasi dengan menggunakan asap tidak memiliki kode yang
standar (baku). Misalnya satu kepulan asap dapat berarti suatu peringatan. Dua
kepulan asap dapat pula berarti adanya bahaya. Tiga kepulan asap dapat berarti
adanya masalah ataupun meminta bantuan. Pernahkah kamu melihat film yang
menceritakan korban kecelakaan pesawat terbang yang terdampar di hutan? Pada
film tersebut biasanya si korban berusaha meminta bantuan dengan cara
memberitahukan keberadaannya dengan menggunakantanda asap.Sekarang ini asap
juga sering digunakan dalam suatu permainan bermain pesan dalam kegiatan
pramuka.Pada zaman yang lebih maju, orang mulai menggunakan bahasa tulisan sebagai alat komunikasi. Kegiatan surat-menyurat di Indonesia telah dimulai sejak masa kerajaan Kutai, Tarumanegara, Pajajaran, Majapahit, Sriwijaya, dan Mataram. Walaupun pada masa itu kegiatan tersebut masih terbatas pada kegiatan surat-menyurat antar kerajaan. Mereka menggunakan kulit kayu serta kulit bambu sebagai bahan untuk menulis.Akan tetapi, yang lazim dipakai untuk menulis surat pada tempo dulu lebih dominan daun lontar. Namun ada juga yang menggunakan bambu, tulang binatang, labu hutan, rotan, dan lempengan batu (dikenal dengan nama prasasti). Oleh karena itu, ahli sejarah sering menemukan peninggalan sejarah yang berupa prasasti dan catatan dalam daun lontar.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prasasti merupakan piagam yang tertulis pada batu, tembaga, dan sebagainya. Prasasti merupakan sumber sejarah terpenting untuk mengungkap peristiwa masa lalu. Hal ini disebabkan karena prasasti adalah dokumen tertulis yang orisinil dari peninggalan masa lalu tersebut. Berdasarkan Matrical Eulogitic Inscription, Mc. Dannel, Sanskrit Dictionary, prasasti dapat berarti tulisan dalam bentuk puisi yang berupa pujian. Selain itu, prasasti juga berarti anugerah, karena prasasti dalam arti pujian itu didasarkan atas anugerah yang diberikan seorang raja kepada rakyatnya. Oleh karena itu, prasasti dalam arti anugerah itu, disebutkan berlakunya hak istimewa yang turun-menurun. Istilah untuk itu dalam Negara Kertagama disebut purwasarirareng prasatyalama tan rinaksan iwo,yang berarti hak-hak istimewa yang sejak dahulu dilindungi oleh prasasti kuno.Selain prasasti, daun lontar juga digunakan sebagai alat komunikasi masa lalu. Lontar (dari bahasa Jawa: ron tal, “daun pohon tal”) adalah daun pohon siwalan (Latin palmyra atau borassus flabellier) yang dikeringkan. Daun Lontar dikenal juga sebagai daun pohon nira. Daun Lontar dipakai untuk bahan naskah dan kerajinan. Lontar sebagai bahan naskah dipakai di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Nusantara banyak ditemukan naskah lontar dari Sunda (Jawa Barat), Jawa, Bali, Madura, Lombok, dan Sulawesi Selatan. Sedangkan lontar sebagai bahan kerajinan digunakan untuk bahan baku atap rumah dan produk utama anyaman serta kipas.
SUMBER
:http://arinnurshabrina.wordpress.com/2012/09/11/peralatan-tik-zaman-dahulu-kuno/.